Masjid Agung Mataram Kotagede
Di Kotagede Yogyakarta terdapat
banyak peninggalan bersejarah yang menyimpan informasi pada masa kerajaan
Mataram. Salah satu tempat bersejarah di kota ini adalah Masjid Agung Mataram Kotagede.
Masjid Agung Mataram Kotagede Yogyakarta
adalah salah satu masjid tertua di Yogyakarta. Bangunan ini merupakan
masjid peninggalan Mataram yang masih bisa dilihat sekarang dan juga masih
dipakai sebagaimana fungsinya.
Lokasi :
Masjid Agung Kotagede berlokasi di Jalan Karanglo, Jagalan, Kotagede Yogyakarta.
Akses menuju Masjid Agung Kotagede Yogyakarta
Dari pasar kotagede Masjid ini tidak terlalu jauh.
Untuk mencapai Masjid ini anda hanya perlu bersabar karena ketika melewati
depan pasar Kotagede, lalu lintas selalu ramai dan macet. Wisatawan bisa
langsung ambil jalan sebelah barat pasar, setelah itu lurus megikuti jalan Watu
Gilang ke arah selatan sampai menemukan sebuah papan nama Masjid Agung Kotagede
dan makam Raja Mataram Kotagede.
Harga Tiket
Masjid Agung Mataram Kotagede tidak memungut biaya untuk para pengunjung yang datang ke masjid karena
Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat Islam, jadi bisa menggunakan Masjid
tersebut sewaktu waktu untuk keperluan beribadah. Anda mungkin hanya dikenakan
biaya parkir kendaraan sebesar Rp.1.000,- untuk parkir motor dan Rp.2.000,-
untuk parkir mobil
Fasilitas
Dalam masjid agung Kotagede ini, kita Selain dapat melaksanakan ibadah, melihat keindahan dan merasakan sejarah
Masjid Agung Kotagede ini, pengunjung juga dapat sekalian menyusuri sejarah kerajaan
Mataram lama yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut. Di Masjid ini juga dapat d gunakan sebagai tempat beristirahat. Tentu saja di dalam masjid di lengkapi dengan toilet yang memada dan layak. Letak nya yang tidak jauh dari pasar menjadikan Pasar Kotagede bisa
menjadi tujuan kedua setelah dari Masjid Agung Kotagede dan berziarah ke Makam Raja Mataram.
Sejarah singkat tentang masjid,
Masjid Kotagede dibangun pada masa kerajaan Mataram sekitar tahun 1640. Dibangun oleh sultan Agung dan dibantu oleh masyarakat setempat yang kala itu masih beragama Hindu dan Budha.Hingga kini masjid ini masih berdiri hingga sekarang dan menjadi kebanggan tersendiri bagi umat muslim Kotagede Yogyakarta.
Masjid Agung Mataram Kotagede dibangun pada masa Kerajaan Mataram. Masjid ini dibangun dengan dua tahapan yaitu tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung. Kala itu Sultan Agung hanya membangun bangunan pada inti masjid.
Kemudian pada tahap kedua, pembangunan dilanjutkan oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.penambahan bangunan yang dilakukan oleh Paku Buwono X yaitu mengganti tiang dengan berbahan besi.
.Masjid Kotagede Yogyakarta yang sudah berusia ratusan tahun memiliki
sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa Masjid tersebut dibuat dalam dua tahap.
Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang
berhasil membangun inti masjid yang berukuran kecil yang disebut langgar. Tahap
kedua masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta,
Paku Buwono X. Ada perbedaan pada bangunan masjid tersebut yang
dibangun oleh Sultan Agung dan Paku Buwono X pada tiangnya. Tiang masjid yang
dibangun Sultan Agung berasal dari kayu, sedangkan tiang yang dibangun oleh
Paku Buwono X berbahan dari besi.
Nilai Penting / Keunikan dari Masjid Agung Kotagede
Pada Masjid Agung Kotagede ini jika kita memasuki halaman Masjid kita akan mendapati sebuah pohon beringin tua yang umurnya sudah ratusan tahun yang bernama Wringin Sepuh,
Pohon tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap keramat dan diyakini membawa
berkah bagi siapa saja yang mau bertapa di bawah pohon tersebut. Disekitar
pohon tersebut terdapat parit yang mengelilingi Masjid. Parit tersebut dahulu
dipakai untuk tempat berwudhu tetapi sekarang dipergunakan sebagai tambak.
Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui sebuah tembok berbentuk huruf L. Pada tembok itu terpahat beberapa gambar yang merupakan lambang kerajaan. Bentuk paduraksa dan tembok L itu adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha.
Memasuki halaman masjid, akan ditemui sebuah prasasti yang berwarna hijau. Prasasti bertinggi 3 meter itu merupakan pertanda bahwa Paku Buwono pernah merenovasi masjid ini. Bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar dan di bagian puncaknya terdapat mahkota lambang Kasunanan surakarta. Sebuah jam diletakkan di sisi selatan prasasti sebagai acuan waktu sholat.
Bangunan masjid tersebut berbentuk limasan yang
dapat dilihat dari atapnya yang bebentuk limas dan ruangan terbagi menjadi dua,
yaitu inti dan serambi. Masjid ini terdapat sebuah bedug yang berusia cukup tua
yang dahulu merupakan hadiah dari Nyai Pringgit dan
sampai sekarang bedug tersebut masih dipakai sebagai penanda waktu untuk
berdoa.
Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang dipakai
untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu ukir yang merupakan hadiah dari Sultan
Palembang kepada Sultan Agung, tetapi mimbar ini sekarang sudah tidak
dipergunakan lagi. Selanjutnya jika wisatawan berjalan ke halaman masjid maka
dapat dijumpai adanya perbedaan tembok pada sebelah kiri halaman masjid. Tambok
sebelah kiri terlihat tersusun dari bata merah yang ukurannya lebih besar
dengan warna merah tua dan terdapat sebuah batu seperti marmer yang permukaanya
ditulis aksara jawa. Sedangkan tembok yang lain memiliki batu-bata yang lebih
kecil dan berwarna muda dan polos. Ternyata tembok yang berada di sebelah kiri
dibangun pada masa Sultan Agung, sementara tembok yang lain merupakan hasil
renovasi dari Paku Buwono X. Tembok yang dibangun pada masa Sultan agung
berperekat air aren yang dapat membatu sehingga lebih kuat.
Masjid ini sampai saat ini tetap dipakai untuk
tempat beribadah umat Islam warga setempat. Bangunan tersebut merupakan bentuk
toleransi antara umat beragama waktu itu. Sebagian besar waktu itu warga masih
memeluk agama Hindu dan Budha dan dengan senang hati ikut membantu pembangunan
masjid ttersebut. Ciri khas Hindu dan Budha terlihat dari tiang dari kayu yang
dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung yaitu gapura masjid yang
berbentuk Paduraksa.
Keunikan yang melekat pada Masjid Mataram ini yang masih bisa dilihat hingga sekarang diantaranya seperti dibawah ini:
– Bedug Lama , bedug ini konon adalah hadiah dari Nyai Pringgi.
– Mimbar khotbah : Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung.
– Batu Marmer Aksara jawa : batu ini melekat pada bagian tembok yang mengelilingi bangunan masjid.
– pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun.Konon, pohon beringin ini sudah ada sejak masa pembangunan masjid ini.
– Mimbar khotbah : Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung.
– Batu Marmer Aksara jawa : batu ini melekat pada bagian tembok yang mengelilingi bangunan masjid.
– pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun.Konon, pohon beringin ini sudah ada sejak masa pembangunan masjid ini.
Opini
Menurut saya masjid Agung Kotagede ini merupakan bangunan sejarah yang cukup bagus dan memiliki daya tarik tersendiri pagi isataan pada umum nya . Para wisatawan mengunjungi masjid ini karena berbagai alasan, seperti sekadar beribadah, berziarah, atau melihat-lihat karena letaknya bersebelahan dengan makam raja-raja Mataram.
Masjid Agung Kotagede ini merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Melihat arsitektur masjid ini, dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sejak dulu telah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. Karenanya, mengunjungi Masjid Mataram Kotagede tidaklah sekadar berwisata. Para pengunjung pun dapat menghayati nilai-nilai persaudaraan yang sudah tertanam jauh sebelum negeri ini berdiri
Jadi, menurut saya Tempat ini sangat rekomendet untuk di jadikan sebagai tempat wisata religi andalan yang ada d Yogyakarta. So, ayoo untuk yang belum ernah dateng kesini sempatkan waktu kalian untuk beribadah dan berwisata kesini ya guys.
Sumber :
https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/pilgrimage-sites/masjid-kotagede/
http://www.m.cuplik.com/read/news/2009/07/24/4494/masjid-kotagede-masjid-unik-dan-tertua-di-yogyakarta.html
http://www.njogja.co.id/bantul/masjid-kotagede-yogyakarta/