Selasa, 25 Oktober 2016

Wisata Religi di Yogyakarta

Masjid Agung Mataram Kotagede  



Di Kotagede Yogyakarta terdapat banyak peninggalan bersejarah yang menyimpan informasi pada masa kerajaan Mataram. Salah satu tempat bersejarah di kota ini adalah Masjid Agung Mataram  Kotagede. Masjid Agung Mataram  Kotagede Yogyakarta  adalah salah satu masjid  tertua di Yogyakarta. Bangunan ini merupakan masjid peninggalan Mataram yang masih bisa dilihat sekarang dan juga masih dipakai sebagaimana fungsinya.

Lokasi :  
Masjid Agung Kotagede berlokasi di Jalan Karanglo, Jagalan, Kotagede Yogyakarta. 



Akses menuju Masjid Agung Kotagede Yogyakarta

           Dari pasar kotagede Masjid ini tidak terlalu jauh. Untuk mencapai Masjid ini anda hanya perlu bersabar karena ketika melewati depan pasar Kotagede, lalu lintas selalu ramai dan macet. Wisatawan bisa langsung ambil jalan sebelah barat pasar, setelah itu lurus megikuti jalan Watu Gilang ke arah selatan sampai menemukan sebuah papan nama Masjid Agung Kotagede dan makam Raja Mataram Kotagede.
Harga Tiket
         Masjid Agung  Mataram Kotagede tidak memungut biaya untuk para pengunjung yang datang ke masjid karena Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat Islam, jadi bisa menggunakan Masjid tersebut sewaktu waktu untuk keperluan beribadah. Anda mungkin hanya dikenakan biaya parkir kendaraan sebesar Rp.1.000,- untuk parkir motor dan Rp.2.000,- untuk parkir mobil
Fasilitas
   Dalam masjid agung Kotagede ini, kita Selain dapat melaksanakan ibadah, melihat keindahan dan merasakan sejarah Masjid Agung Kotagede ini, pengunjung juga dapat sekalian menyusuri sejarah kerajaan Mataram lama yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut. Di Masjid ini juga dapat d gunakan sebagai tempat beristirahat. Tentu saja di dalam masjid di lengkapi dengan toilet yang memada dan layak. Letak nya yang tidak jauh dari pasar menjadikan Pasar Kotagede bisa menjadi tujuan kedua setelah dari Masjid Agung Kotagede dan berziarah ke Makam Raja Mataram.

Sejarah singkat tentang masjid, 



Masjid Kotagede dibangun pada masa kerajaan Mataram sekitar tahun 1640. Dibangun oleh sultan Agung dan dibantu oleh masyarakat setempat yang kala itu masih beragama Hindu dan Budha.Hingga kini masjid ini masih berdiri hingga sekarang dan menjadi kebanggan tersendiri bagi umat muslim Kotagede Yogyakarta.
    Masjid Agung Mataram Kotagede dibangun pada masa Kerajaan Mataram. Masjid ini dibangun dengan dua tahapan yaitu tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung. Kala itu Sultan Agung hanya membangun bangunan pada inti masjid.
Kemudian pada tahap kedua, pembangunan dilanjutkan oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.penambahan bangunan yang dilakukan oleh Paku Buwono X yaitu mengganti tiang dengan berbahan besi. 
.Masjid Kotagede Yogyakarta yang sudah berusia ratusan tahun memiliki sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa Masjid tersebut dibuat dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang berhasil membangun inti masjid yang berukuran kecil yang disebut langgar. Tahap kedua masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Ada perbedaan pada bangunan masjid tersebut yang dibangun oleh Sultan Agung dan Paku Buwono X pada tiangnya. Tiang masjid yang dibangun Sultan Agung berasal dari kayu, sedangkan tiang yang dibangun oleh Paku Buwono X berbahan dari besi.

Nilai Penting / Keunikan dari Masjid Agung Kotagede




   Pada Masjid Agung Kotagede ini jika kita memasuki  halaman Masjid kita akan mendapati sebuah pohon beringin tua yang umurnya sudah ratusan tahun yang bernama Wringin Sepuh, Pohon tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap keramat dan diyakini membawa berkah bagi siapa saja yang mau bertapa di bawah pohon tersebut. Disekitar pohon tersebut terdapat parit yang mengelilingi Masjid. Parit tersebut dahulu dipakai untuk tempat berwudhu tetapi sekarang dipergunakan sebagai tambak.



Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui sebuah tembok berbentuk huruf L. Pada tembok itu terpahat beberapa gambar yang merupakan lambang kerajaan. Bentuk paduraksa dan tembok L itu adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha.



Memasuki halaman masjid, akan ditemui sebuah prasasti yang berwarna hijau. Prasasti bertinggi 3 meter itu merupakan pertanda bahwa Paku Buwono pernah merenovasi masjid ini. Bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar dan di bagian puncaknya terdapat mahkota lambang Kasunanan surakarta. Sebuah jam diletakkan di sisi selatan prasasti sebagai acuan waktu sholat.


Bangunan masjid tersebut berbentuk limasan yang dapat dilihat dari atapnya yang bebentuk limas dan ruangan terbagi menjadi dua, yaitu inti dan serambi. Masjid ini terdapat sebuah bedug yang berusia cukup tua yang dahulu merupakan hadiah dari Nyai Pringgit dan sampai sekarang bedug tersebut masih dipakai sebagai penanda waktu untuk berdoa.



Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang dipakai untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu ukir yang merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung, tetapi mimbar ini sekarang sudah tidak dipergunakan lagi. Selanjutnya jika wisatawan berjalan ke halaman masjid maka dapat dijumpai adanya perbedaan tembok pada sebelah kiri halaman masjid. Tambok sebelah kiri terlihat tersusun dari bata merah yang ukurannya lebih besar dengan warna merah tua dan terdapat sebuah batu seperti marmer yang permukaanya ditulis aksara jawa. Sedangkan tembok yang lain memiliki batu-bata yang lebih kecil dan berwarna muda dan polos. Ternyata tembok yang berada di sebelah kiri dibangun pada masa Sultan Agung, sementara tembok yang lain merupakan hasil renovasi dari Paku Buwono X. Tembok yang dibangun pada masa Sultan agung berperekat air aren yang dapat membatu sehingga lebih kuat.

Masjid ini sampai saat ini tetap dipakai untuk tempat beribadah umat Islam warga setempat. Bangunan tersebut merupakan bentuk toleransi antara umat beragama waktu itu. Sebagian besar waktu itu warga masih memeluk agama Hindu dan Budha dan dengan senang hati ikut membantu pembangunan masjid ttersebut. Ciri khas Hindu dan Budha terlihat dari tiang dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung yaitu gapura masjid yang berbentuk Paduraksa.


     Keunikan yang melekat pada Masjid Mataram ini yang masih bisa dilihat hingga sekarang diantaranya seperti dibawah ini:

– Bedug Lama , bedug ini konon adalah hadiah dari Nyai Pringgi.
 Mimbar khotbah : Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung.
– Batu Marmer Aksara jawa : batu ini melekat pada bagian tembok yang mengelilingi bangunan masjid.
– pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun.Konon, pohon beringin ini sudah ada sejak masa pembangunan masjid ini.
Opini 

     Menurut saya masjid Agung Kotagede ini merupakan bangunan sejarah yang cukup bagus dan memiliki daya tarik tersendiri pagi isataan pada umum nya . Para wisatawan mengunjungi masjid ini karena berbagai alasan, seperti sekadar beribadah, berziarah, atau melihat-lihat karena letaknya bersebelahan dengan makam raja-raja Mataram.

        Masjid Agung Kotagede ini merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Melihat arsitektur masjid ini, dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sejak dulu telah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. Karenanya, mengunjungi Masjid Mataram Kotagede  tidaklah sekadar berwisata. Para pengunjung pun dapat menghayati nilai-nilai persaudaraan yang sudah tertanam jauh sebelum negeri ini berdiri

Jadi, menurut saya Tempat ini sangat  rekomendet untuk di jadikan sebagai tempat wisata religi andalan yang ada d Yogyakarta. So, ayoo untuk yang belum ernah dateng kesini sempatkan waktu kalian untuk beribadah dan berwisata kesini ya guys.






Sumber :


https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/pilgrimage-sites/masjid-kotagede/

http://www.m.cuplik.com/read/news/2009/07/24/4494/masjid-kotagede-masjid-unik-dan-tertua-di-yogyakarta.html

http://www.njogja.co.id/bantul/masjid-kotagede-yogyakarta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar