Selasa, 25 Oktober 2016

Wisata Religi di Yogyakarta

Masjid Agung Mataram Kotagede  



Di Kotagede Yogyakarta terdapat banyak peninggalan bersejarah yang menyimpan informasi pada masa kerajaan Mataram. Salah satu tempat bersejarah di kota ini adalah Masjid Agung Mataram  Kotagede. Masjid Agung Mataram  Kotagede Yogyakarta  adalah salah satu masjid  tertua di Yogyakarta. Bangunan ini merupakan masjid peninggalan Mataram yang masih bisa dilihat sekarang dan juga masih dipakai sebagaimana fungsinya.

Lokasi :  
Masjid Agung Kotagede berlokasi di Jalan Karanglo, Jagalan, Kotagede Yogyakarta. 



Akses menuju Masjid Agung Kotagede Yogyakarta

           Dari pasar kotagede Masjid ini tidak terlalu jauh. Untuk mencapai Masjid ini anda hanya perlu bersabar karena ketika melewati depan pasar Kotagede, lalu lintas selalu ramai dan macet. Wisatawan bisa langsung ambil jalan sebelah barat pasar, setelah itu lurus megikuti jalan Watu Gilang ke arah selatan sampai menemukan sebuah papan nama Masjid Agung Kotagede dan makam Raja Mataram Kotagede.
Harga Tiket
         Masjid Agung  Mataram Kotagede tidak memungut biaya untuk para pengunjung yang datang ke masjid karena Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat Islam, jadi bisa menggunakan Masjid tersebut sewaktu waktu untuk keperluan beribadah. Anda mungkin hanya dikenakan biaya parkir kendaraan sebesar Rp.1.000,- untuk parkir motor dan Rp.2.000,- untuk parkir mobil
Fasilitas
   Dalam masjid agung Kotagede ini, kita Selain dapat melaksanakan ibadah, melihat keindahan dan merasakan sejarah Masjid Agung Kotagede ini, pengunjung juga dapat sekalian menyusuri sejarah kerajaan Mataram lama yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut. Di Masjid ini juga dapat d gunakan sebagai tempat beristirahat. Tentu saja di dalam masjid di lengkapi dengan toilet yang memada dan layak. Letak nya yang tidak jauh dari pasar menjadikan Pasar Kotagede bisa menjadi tujuan kedua setelah dari Masjid Agung Kotagede dan berziarah ke Makam Raja Mataram.

Sejarah singkat tentang masjid, 



Masjid Kotagede dibangun pada masa kerajaan Mataram sekitar tahun 1640. Dibangun oleh sultan Agung dan dibantu oleh masyarakat setempat yang kala itu masih beragama Hindu dan Budha.Hingga kini masjid ini masih berdiri hingga sekarang dan menjadi kebanggan tersendiri bagi umat muslim Kotagede Yogyakarta.
    Masjid Agung Mataram Kotagede dibangun pada masa Kerajaan Mataram. Masjid ini dibangun dengan dua tahapan yaitu tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung. Kala itu Sultan Agung hanya membangun bangunan pada inti masjid.
Kemudian pada tahap kedua, pembangunan dilanjutkan oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.penambahan bangunan yang dilakukan oleh Paku Buwono X yaitu mengganti tiang dengan berbahan besi. 
.Masjid Kotagede Yogyakarta yang sudah berusia ratusan tahun memiliki sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa Masjid tersebut dibuat dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang berhasil membangun inti masjid yang berukuran kecil yang disebut langgar. Tahap kedua masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Ada perbedaan pada bangunan masjid tersebut yang dibangun oleh Sultan Agung dan Paku Buwono X pada tiangnya. Tiang masjid yang dibangun Sultan Agung berasal dari kayu, sedangkan tiang yang dibangun oleh Paku Buwono X berbahan dari besi.

Nilai Penting / Keunikan dari Masjid Agung Kotagede




   Pada Masjid Agung Kotagede ini jika kita memasuki  halaman Masjid kita akan mendapati sebuah pohon beringin tua yang umurnya sudah ratusan tahun yang bernama Wringin Sepuh, Pohon tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap keramat dan diyakini membawa berkah bagi siapa saja yang mau bertapa di bawah pohon tersebut. Disekitar pohon tersebut terdapat parit yang mengelilingi Masjid. Parit tersebut dahulu dipakai untuk tempat berwudhu tetapi sekarang dipergunakan sebagai tambak.



Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui sebuah tembok berbentuk huruf L. Pada tembok itu terpahat beberapa gambar yang merupakan lambang kerajaan. Bentuk paduraksa dan tembok L itu adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha.



Memasuki halaman masjid, akan ditemui sebuah prasasti yang berwarna hijau. Prasasti bertinggi 3 meter itu merupakan pertanda bahwa Paku Buwono pernah merenovasi masjid ini. Bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar dan di bagian puncaknya terdapat mahkota lambang Kasunanan surakarta. Sebuah jam diletakkan di sisi selatan prasasti sebagai acuan waktu sholat.


Bangunan masjid tersebut berbentuk limasan yang dapat dilihat dari atapnya yang bebentuk limas dan ruangan terbagi menjadi dua, yaitu inti dan serambi. Masjid ini terdapat sebuah bedug yang berusia cukup tua yang dahulu merupakan hadiah dari Nyai Pringgit dan sampai sekarang bedug tersebut masih dipakai sebagai penanda waktu untuk berdoa.



Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang dipakai untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu ukir yang merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung, tetapi mimbar ini sekarang sudah tidak dipergunakan lagi. Selanjutnya jika wisatawan berjalan ke halaman masjid maka dapat dijumpai adanya perbedaan tembok pada sebelah kiri halaman masjid. Tambok sebelah kiri terlihat tersusun dari bata merah yang ukurannya lebih besar dengan warna merah tua dan terdapat sebuah batu seperti marmer yang permukaanya ditulis aksara jawa. Sedangkan tembok yang lain memiliki batu-bata yang lebih kecil dan berwarna muda dan polos. Ternyata tembok yang berada di sebelah kiri dibangun pada masa Sultan Agung, sementara tembok yang lain merupakan hasil renovasi dari Paku Buwono X. Tembok yang dibangun pada masa Sultan agung berperekat air aren yang dapat membatu sehingga lebih kuat.

Masjid ini sampai saat ini tetap dipakai untuk tempat beribadah umat Islam warga setempat. Bangunan tersebut merupakan bentuk toleransi antara umat beragama waktu itu. Sebagian besar waktu itu warga masih memeluk agama Hindu dan Budha dan dengan senang hati ikut membantu pembangunan masjid ttersebut. Ciri khas Hindu dan Budha terlihat dari tiang dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung yaitu gapura masjid yang berbentuk Paduraksa.


     Keunikan yang melekat pada Masjid Mataram ini yang masih bisa dilihat hingga sekarang diantaranya seperti dibawah ini:

– Bedug Lama , bedug ini konon adalah hadiah dari Nyai Pringgi.
 Mimbar khotbah : Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung.
– Batu Marmer Aksara jawa : batu ini melekat pada bagian tembok yang mengelilingi bangunan masjid.
– pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun.Konon, pohon beringin ini sudah ada sejak masa pembangunan masjid ini.
Opini 

     Menurut saya masjid Agung Kotagede ini merupakan bangunan sejarah yang cukup bagus dan memiliki daya tarik tersendiri pagi isataan pada umum nya . Para wisatawan mengunjungi masjid ini karena berbagai alasan, seperti sekadar beribadah, berziarah, atau melihat-lihat karena letaknya bersebelahan dengan makam raja-raja Mataram.

        Masjid Agung Kotagede ini merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Melihat arsitektur masjid ini, dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sejak dulu telah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. Karenanya, mengunjungi Masjid Mataram Kotagede  tidaklah sekadar berwisata. Para pengunjung pun dapat menghayati nilai-nilai persaudaraan yang sudah tertanam jauh sebelum negeri ini berdiri

Jadi, menurut saya Tempat ini sangat  rekomendet untuk di jadikan sebagai tempat wisata religi andalan yang ada d Yogyakarta. So, ayoo untuk yang belum ernah dateng kesini sempatkan waktu kalian untuk beribadah dan berwisata kesini ya guys.






Sumber :


https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/pilgrimage-sites/masjid-kotagede/

http://www.m.cuplik.com/read/news/2009/07/24/4494/masjid-kotagede-masjid-unik-dan-tertua-di-yogyakarta.html

http://www.njogja.co.id/bantul/masjid-kotagede-yogyakarta/

Wisata Religi di Yogyakarta

Masjid Agung Kotagede



Di Kotagede Yogyakarta terdapat banyak peninggalan bersejarah yang menyimpan informasi pada masa kerajaan Mataram. Salah satu tempat bersejarah di kota ini adalah Masjid Agung Kotagede. Masjid Agung Kota gede Yogyakarta  adalah salah satu masjid  tertua di Yogyakarta. Bangunan ini merupakan masjid peninggalan Mataram yang masih bisa dilihat sekarang dan juga masih dipakai sebagaimana fungsinya.

Lokasi :  
Masjid Agung Kotagede berlokasi di Jalan Watu Gilang, Kotagede Yogyakarta. 
 

Akses menuju Masjid Agung Kotagede Yogyakarta

           Dari pasar kotagede Masjid ini tidak terlalu jauh. Untuk mencapai Masjid ini anda hanya perlu bersabar karena ketika melewati depan pasar Kotagede, lalu lintas selalu ramai dan macet. Wisatawan bisa langsung ambil jalan sebelah barat pasar, setelah itu lurus megikuti jalan Watu Gilang ke arah selatan sampai menemukan sebuah papan nama Masjid Agung Kotagede dan makam Raja Mataram Kotagede.
Harga Tiket
         Masjid Agung Kotagede tidak memungut biaya untuk para pengunjung yang datang ke masjid karena Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat Islam, jadi bisa menggunakan Masjid tersebut sewaktu waktu untuk keperluan beribadah. Anda mungkin hanya dikenakan biaya parkir kendaraan sebesar Rp.1.000,- untuk parkir motor dan Rp.2.000,- untuk parkir mobil
Fasilitas
   Dalam masjid agung Kotagede ini, kita Selain dapat melaksanakan ibadah, melihat keindahan dan merasakan sejarah Masjid Agung Kotagede ini, pengunjung juga dapat sekalian menyusuri sejarah kerajaan Mataram lama yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut. Di Masjid ini juga dapat d gunakan sebagai tempat beristirahat. Tentu saja di dalam masjid di lengkapi dengan toilet yang memada dan layak. Letak nya yang tidak jauh dari pasar menjadikan Pasar Kotagede bisa menjadi tujuan kedua setelah dari Masjid Agung Kotagede dan berziarah ke Makam Raja Mataram.

Sejarah singkat tentang masjid, 



Masjid Kotagede dibangun pada masa kerajaan Mataram sekitar tahun 1640. Dibangun oleh sultan Agung dan dibantu oleh masyarakat setempat yang kala itu masih beragama Hindu dan Budha.Hingga kini masjid ini masih berdiri hingga sekarang dan menjadi kebanggan tersendiri bagi umat muslim Kotagede Yogyakarta.
Masjid Kotagede ini sering terkenal juga dengan nama Masjid Agung Mataram Kotagede karena dibangun pada masa Kerajaan Mataram. Masjid ini dibangun dengan dua tahapan yaitu tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung. Kala itu Sultan Agung hanya membangun bangunan pada inti masjid.
Kemudian pada tahap kedua, pembangunan dilanjutkan oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.penambahan bangunan yang dilakukan oleh Paku Buwono X yaitu mengganti tiang dengan berbahan besi. 
.Masjid Kotagede Yogyakarta yang sudah berusia ratusan tahun memiliki sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa Masjid tersebut dibuat dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang berhasil membangun inti masjid yang berukuran kecil yang disebut langgar. Tahap kedua masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Ada perbedaan pada bangunan masjid tersebut yang dibangun oleh Sultan Agung dan Paku Buwono X pada tiangnya. Tiang masjid yang dibangun Sultan Agung berasal dari kayu, sedangkan tiang yang dibangun oleh Paku Buwono X berbahan dari besi.

Nilai Penting / Keunikan dari Masjid Agung Kotagede



   Pada Masjid Agung Kotagede ini jika kita memasuki  halaman Masjid kita akan mendapati sebuah pohon beringin tua yang umurnya sudah ratusan tahun yang bernama Wringin Sepuh, Pohon tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap keramat dan diyakini membawa berkah bagi siapa saja yang mau bertapa di bawah pohon tersebut. Disekitar pohon tersebut terdapat parit yang mengelilingi Masjid. Parit tersebut dahulu dipakai untuk tempat berwudhu tetapi sekarang dipergunakan sebagai tambak.

Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui sebuah tembok berbentuk huruf L. Pada tembok itu terpahat beberapa gambar yang merupakan lambang kerajaan. Bentuk paduraksa dan tembok L itu adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha.
Memasuki halaman masjid, akan ditemui sebuah prasasti yang berwarna hijau. Prasasti bertinggi 3 meter itu merupakan pertanda bahwa Paku Buwono pernah merenovasi masjid ini. Bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar dan di bagian puncaknya terdapat mahkota lambang Kasunanan surakarta. Sebuah jam diletakkan di sisi selatan prasasti sebagai acuan waktu sholat.


Bangunan masjid tersebut berbentuk limasan yang dapat dilihat dari atapnya yang bebentuk limas dan ruangan terbagi menjadi dua, yaitu inti dan serambi. Masjid ini terdapat sebuah bedug yang berusia cukup tua yang dahulu merupakan hadiah dari Nyai Pringgit dan sampai sekarang bedug tersebut masih dipakai sebagai penanda waktu untuk berdoa.



Di dalam masjid terdapat sebuah mimbar yang dipakai untuk berkhotbah yang terbuat dari kayu ukir yang merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung, tetapi mimbar ini sekarang sudah tidak dipergunakan lagi. Selanjutnya jika wisatawan berjalan ke halaman masjid maka dapat dijumpai adanya perbedaan tembok pada sebelah kiri halaman masjid. Tambok sebelah kiri terlihat tersusun dari bata merah yang ukurannya lebih besar dengan warna merah tua dan terdapat sebuah batu seperti marmer yang permukaanya ditulis aksara jawa. Sedangkan tembok yang lain memiliki batu-bata yang lebih kecil dan berwarna muda dan polos. Ternyata tembok yang berada di sebelah kiri dibangun pada masa Sultan Agung, sementara tembok yang lain merupakan hasil renovasi dari Paku Buwono X. Tembok yang dibangun pada masa Sultan agung berperekat air aren yang dapat membatu sehingga lebih kuat.

Masjid ini sampai saat ini tetap dipakai untuk tempat beribadah umat Islam warga setempat. Bangunan tersebut merupakan bentuk toleransi antara umat beragama waktu itu. Sebagian besar waktu itu warga masih memeluk agama Hindu dan Budha dan dengan senang hati ikut membantu pembangunan masjid ttersebut. Ciri khas Hindu dan Budha terlihat dari tiang dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung yaitu gapura masjid yang berbentuk Paduraksa.

     Keunikan yang melekat pada Masjid Mataram ini yang masih bisa dilihat hingga sekarang diantaranya seperti dibawah ini:

– Bedug Lama , bedug ini konon adalah hadiah dari Nyai Pringgit.
 Mimbar khotbah : Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung.
– Batu Marmer Aksara jawa : batu ini melekat pada bagian tembok yang mengelilingi bangunan masjid.
– pohon beringin yang usianya sudah ratusan tahun.Konon, pohon beringin ini sudah ada sejak masa pembangunan masjid ini.
Opini 

     Menurut saya masjid Agung Kotagede ini merupakan bangunan sejarah yang cukup bagus dan memiliki daya tarik tersendiri pagi isataan pada umum nya . Para wisatawan mengunjungi masjid ini karena berbagai alasan, seperti sekadar beribadah, berziarah, atau melihat-lihat karena letaknya bersebelahan dengan makam raja-raja Mataram.

        Masjid Agung Kotagede ini merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Melihat arsitektur masjid ini, dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sejak dulu telah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. Karenanya, mengunjungi Masjid Mataram Kotagede  tidaklah sekadar berwisata. Para pengunjung pun dapat menghayati nilai-nilai persaudaraan yang sudah tertanam jauh sebelum negeri ini berdiri

Jadi, menurut saya Tempat ini sangat  rekomendet untuk di jadikan sebagai tempat wisata religi andalan yang ada d Yogyakarta. So, ayoo untuk yang belum ernah dateng kesini sempatkan waktu kalian untuk beribadah dan berwisata kesini ya guys.

Sumber :


https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/pilgrimage-sites/masjid-kotagede/

http://www.m.cuplik.com/read/news/2009/07/24/4494/masjid-kotagede-masjid-unik-dan-tertua-di-yogyakarta.html

http://www.njogja.co.id/bantul/masjid-kotagede-yogyakarta/

Selasa, 04 Oktober 2016

Mengenal UGM secara lebih dalam

Bissmilahirahmannirahim,

Hallo teman-teman blogger, mohon maaf blog ini sempat mati suri akibat dari kesibukan saya yang tidak bisa saya tinggalkan :D gak juga sih sebenar nya .  oh ya,  setelah kemarin saya berkunjung ke Museum Hamengkubuowono IX, next museum yang saya kunjungi adalah museum UGM. malam ini saya akan berbagi sedikit tentang apasih museum UGM itu ? ada apa aja sih di dalam nya ? okey , saya akan bahas mulai dari pengertian Museum UGM ini sendiri....
Bagi sebagian orang mungkin nama mueum UGM ini masih sangat asing, selama ini mereka hanya mngetahui tentang Universitasnya saja. Masyarakat awam pada umum nya tidak akan tahu apa apa saja yang terdapat di dalam UGM, salah satunya museum UGM ini.  Museum UGM merupakan museum yang terletak di kompleks Universitas Gadjah Mada. Museum inibelum lama berdiri, namun sudah ramai pengunjung yang datang sekedar untuk melihat atau berwisata. Pengunjungnya mulai dari pelajar sampi turis asing. Museum UGM sekaligus menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan jati diri UGM sebagai universitas perjuangan, kebangsaan, kebudayaan, dan berdasarkan Pancasila.
 

Karena lokasi nya yang berada di dalam kompleks UGM jadi temapt ini tidak begitu ramai di datangi oleh masyaraat umum. Kebanyakan yang berkunjung ke Museum UGM inni ya mahasiswa UGM sendiri.  Saat kita berkunjung di Museum UGM ini, kita bisa mendapatkan pelajaran dan pengalaman tentang bagaimana awal mula sejarah UGM berdiri sampai sekarang. Di depan bangunan museum terdapat tulisan “MUSEUM UGM” berwarna putih dan terdapat beberapa orang pemandu yang akan menjelaskan kepada para pengunjung tentang Museum UGM. Museum UGM diresmikan pada tanggal 19 Desember 2013, bertepatan dengan Dies Natalis UGM ke-64. Lokasi museum berada di rumah dinas Bulaksumur D6 dan D7.

Dahulu, bangunan yang digunakan untuk Museum UGM ternyata merupakan rumah dari Prof. Iman Soetiknjo yang merupakan paman tiri dari Barrack Obama. Museum ini tergolong unik karena bangunannya berbentuk rumah kuno khas Jawa dan lokasinya strategis yang berada di kompleks universitas. Untuk masuk kedalam museum ini pengunjung tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis ,yeee.   Fasilitas yang disediakan pihak museum UGM antara lain guide, toilet, tempat parkir, tempat beribadah dan layar LCD interaktif yang memuat informasi seputar museum. Namun karena sedang ada perbaikan maka beberapa fasilitas sedang tidak dapat berfungsi dengan baik. 

Museum UGM buka setiap:

Hari        : Senin-Jumat
Waktu     : 08.00-16.00

       Museum Universitas Gadjah Mada yang bertugas menghimpun dang merawat tinggalan-tinggalan bendawi yang mempunyai nilai penting dalam sejarah UGM dan menampilkan kepada civitas akademika serta masyarakat luas sehingga dapat membawa manfaat yang lebih besar. Disadari sepenuhnya, bahwa tujuan utama dari pendirian museum ini bukanya sekedar upaya untuk melestarikan tinggalan bendawinya, tetapi terlebih dari itu adalah upaya untuk mewariskan nilai-nilai luhur UGM. Selain itu , melalui museum ini, diharapkan jati diri UGM dapat dikenal oleh civitas akademika dan masyarakat luas.
        Selanjut nya saya akan membahas tentang sejarah dari Museum UGM ini, Museum Universitas Gadjah Mada mulai dirintis sejak tahun 2000 an dan menjadi embrio pada tanggal 19 Desember 2012. Gagasan pendirian Museum UGM sesungguhnya bukanlah hal baru. Pada tahun 2000 pada era kepemimpinan universitas ini dipegang oleh Prof. Dr. Ichlasul Amal, sudah ada gagasan mendirikan museum tingkat universitas atas usulan dari Prof. Dr. T. Jacob dengan nama 'UGM Natural History Museum', yang diharapkan akan menjadi salah satu tujuan bagi para tamu, pelajar dan mahasiswa serta masyarakat luas yang berkunjung ke Kampus UGM. Selanjutnya pada tahun 2011-2012, minat terhadap upaya merintis museum UGM berlanjut dengan penelitian oleh Tim Peneliti Pusat Studi Pancasila di bawah payung penelitian Klaster Sosial -Humaniora untuk mendapat gambaran tentang isi Museum UGM yang ketika itu dikonsepkan sebagai “living museum”. Hasil penelitian ini ditindaklanjuti dengan serangkaian upaya untuk penelusuran koleksi dan studi banding ke berbagai museum di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan pengadilan kepada masyarakat (LPPMUGM). Konsep penyelenggaraan Museum UGM ini merupakan kelanjutan dari draf awal penyelenggaraan Museum UGM yang telah disusul oleh Sie Museum PKKH UGM (2010) dengan memasukkan beberapa hasil penelitian selama dua tahun tersebut pada hakekatnya menunjukkan kerangka pikir yang tidak jauh berbeda dengan gagasan awal pendirian Museum UGM. Museum UGM merupakan museum yang menarasikan tentang perjalanan sejarah Universitas Gadjah Mada dari masa ke masa.
okey teman teman , setelah kita tahu sejarahnya, alangkah baik nya jika mengetahui apa saja yang ada di dalam museum ini. Pada  museum UGM terdapat banyak lukisan atau foto foto mengenai sejarah berdirinya UGM dan diskripsi beberapa tokoh penting UGM beserta  beberapa aktivitas yang di lakukan. 

Selain itu dalam museum ini uga terdapat banyak benda benda yang pernah digunakan oleh beberapa tokoh penting UGM antara lain, 



Beberapa foto tokoh penting di UGM yang di deskripsikan di dalam museum UGM antara lain




 






Di dalam musem UGM ini juga memuat  visi dan misi museum UGM yaitu:
Visi
         Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Luhur Universitas Gajah Mada melalui pengelolaan tinggalan bendawinya yang mengilhami dan memperdayakan masyarakat.

Misi
1. Mengumpulkan dan meneliti nilai-nilai luhur, sejarah tumbuh dan berkembangnya UGM, beserta bukti-bukti bendawinya.
2. Merawat dan melindungi sebaik-baiknya bukti bendawi yang dapat dikumpulkan.
3. Menyajikan informasi yang memadai kepada masyarakat tentang nilai-nilai luhur, sejarah perkembangan, dan karya-karya UGM yang inspirasional untuk memberikan dorongan semangat bagi pengembangan civitas akademika maupun masyarakat luas.
4. Menyelenggarakan pameran tetap dan berkala yang menarik untuk pendidikan dan pengkajian dengan tema UGM Mengupayakan dan mengelola sarana dan prasarana permuseuman yang memadai.
5. Menyelenggarakan organisasi yang sehat dan berkualitas untuk mengelola museum dengan baik dan berkesinambungan.


             Yang menjadi ikon dari Museum UGM ini tidak hanya tempat tidur dan ruangan dimana Obama kecil berlibur di UGM dan sekitarnya. Di dalam museum terpapar sejarah perjuangan beberapa petinggi UGM. Sebagai Rektor yang pertama yaitu Prof. dr. M. Sardjito. Pada saat yang sama ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Dewan Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri Sultan Hamengkubowono IX dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, seorang wakil ketua dan anggota.


              Tidak hanya Prof. dr. Sardjito saja yang menjadi tokoh-tokoh asal UGM, ada lagi yaitu Prof. Notonegoro seorang tokoh yang mengilhami Pancasila, Mubyarto, Ki Sarmidi, dan lainnya. Ketika kita masuk dan melihat isi Museum UGM, ada beberapa benda-benda yang dipajang yaitu milik Ki Hajar Dewantara, Notonegoro, Herman Johannes, Koesnadi, Hardjasoemantri, dan Hardjoso Prodjopangarso. Museum UGM juga mengoleksi benda-benda yang dipakai pada awal perkuliahan yang bertempat di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Seperti kursi dan alat-alat perkuliahan lain. Selain itu, ada juga koleksi sumbangan dari alumni. Juga dari keluarga para tokoh. Saat ini Museum UGM, koleksinya sudah cukup banyak. Mulai dari mesin ketik Ki Hajar Dewantara, radio kuno, meja kerja Iman Soetiknjo, kursi dan alat-alat awal perkuliahan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, ada juga hasil karya dosen dan mahasiswa serta barang-barang lainnya.

             Hal yang menjadi daya tarik di Museum UGM adalah adanya ruang Barry, Barrack Obama kecil. Yang letaknya dekat pintu keluar Museum. Di dalam ruangan tersebut, terdapat tempat tidur yang pernah digunakan Obama.



oh ya gaes, museum ini berdiri juga karena memiliki tujuan loh, apa aja si tujuan didirikan nya museum ini. Tujuan dari Museum UGM adalah ;

Untuk menguatkan jati diri civitas akademika.
Universitas Gadjah Mada berkarakter pejuang.
Kebangsaan, kerakyatan, dan Pancasila.
Serta berkepribadian kebudayaan Indonesia.
Untuk meghubungkan berbagai ilmu dan pengetahuan di Universitas Gadjah Mada.
Sebagai jendela Universitas Gadjah Mada untuk penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kebinekaan.
Sebagai wahana untuk pembelajaran nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, dan kebangsaan.
Sebagai wahana penelitian da pendidikan bagi mahasiswa dan masyarakat umum tentang sejarah UGM.
                
    Setelah puas mengelilingi seluruh isi dari museum UGM ini saya memiliki pendapat bahwamuseum ini sebenar nya sudah rekomended jika d jadikan sebagai tempat wisata namu  menurut saya Museum ini harusnya lebih dapat di kembangkan agar dapat di ketahui oleh masyarakat umum. Museum UGM masih memiliki banyak kekurangan seperti lay out yang kurang tertata, koleksi yang masih minim serta tampilan informasi yang kurang menarik dan interaktif. Banyak kotak kaca yang kosong karena koleksi yang belum ditempatkan (masih dalam proses konservasi). Selain itu fasilitas yang diberikan juga masih minim. Toilet kurang terawat dan tempat ibadah yang kurang layak. Lampu dan pendingin ruangan pun dimatikan saat siang hari dan baru dihidupkan kembali apabila ada pengunjung. Desain interior museum juga kurang hidup dan terawat sehingga membuat museum ini terihat usang dan tua.
Saya mengharapkan nantiya Museum UGM dapat meningkatkan sarana, fasilitas dan amenitas sehingga nantinya museum ini dapat menarik minat pengunjung lebih banyak dan dapat menjadi salah satu objek wisata unggulan.
Sumber :
https://ugm.ac.id/id/berita/7910-museum.ugm.mulai.dikunjungi
http://museumjogja.org/id/content/29-museum-ugm